Selasa, 26 April 2011

Model Kandang Baterai

Kandang Panggung
Saat ini Praja Mandiri sedang membangun Kandang Baterai atau yang lebih dikenal dengan kandang panggung yang dapat menampung kurang lebih 200 ekor domba. Pembangunan kandang ini sudah mencapai 75%, nantinya kandang ini akan digunakan sebagai tempat penggemukan dan pembibitan domba. Kandang yang berlokasi di dusun Temanggungan desa Purwodadi nantinya sebagai pusat kegiatan dari Praja Mandiri, saat ini Praja Mandiri mempunyai 24 anggota. 


Dengan model kandang baterai atau kandang panggung diharapkan pertumbuhan domba lebih baik, tidak mudah terserang penyakit dan tentunya akan lebih bersih dibandingkan dengan kandang tradisional atau bukan kandang panggung. Hal ini sudah dibuktikan oleh beberapa anggota Praja Mandiri yang memilihara domba di rumah masing-masing. Produksi domba lebih baik dibandingkan sebelum menggunakan kandang panggung.


Diharapkan dengan dibangunya kandang dengan model baterai atau panggung ini dapat memotivasi masyarakat desa Purwodadi untuk beralih dari kandang tradisional ke kandang baterai atau panggung. Memang tidak mudah untuk dapat merubah pola pikir yang sudah turun temurun. Para Anggota Praja Mandiri tetap optimis suatu saat nanti cita-cita pasti akan terwujud.




Senin, 25 April 2011

Apa itu FERMENTASI ?

Mungkin banyak diantara kita yang belum tahu makna dari FERMENTASI, padahal setiap hari kata-kata itu sering diucapkan dan sudah menjadi perbendaharaan kata, bagi orang akademik atau perkotaan kata itu sudah tak asing lagi, namun bagi orang awam seperti masyarakat desa kata-kata itu sangat asing dan ngak tahu maknanya yang penting dapat mengucapkan.

Melalui posting ini mari kita kaji apa makna sebenarnya dari FERMENTASI. setelah cari sana kemari kahirnya dapat makna FERMENTASI dari situs Wikipedia.
 

FERMENTASI adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.

Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya. Respirasi anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang tidak memiliki akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi yang mengasilkan asam laktat sebagai produk sampingannya. Akumulasi asam laktat inilah yang berperan dalam menyebabkan rasa kelelahan pada otot.

Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan.

Persamaan Reaksi Kimia

C6H12O6 ? 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ per mol)

Dijabarkan sebagai

Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) ? Alkohol (etanol) + Karbon dioksida + Energi (ATP)

Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula yang terlibat, tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan bagian dari tahap awal respirasi aerobik pada sebagian besar organisme. Jalur terakhir akan bervariasi tergantung produk akhir yang dihasilkan.

==============Semoga Bermanfaat============

Minggu, 24 April 2011

Jamnapari: Galur Kambing Perah di India


Kambing Jamnapari (disebut juga kambing Jamunapari, atau terkenal dengan nama kambing Etawa di Indonesia) merupakan salah satu nenek moyang kambing Nubia Amerika. Kambing Nubia ini berasal dari perkawinan silang kambing Jamnapari dari India dan kambing Zaraibi Mesir dengan kambing asli Inggris, setelah kambing ini tiba di Inggris dibawa kapal dagang sebagai bagian dari setiap kargo. Perkawinan silang ini menghasilkan galur kambing Anglo-Nubia.

Selain menjadi nenek moyang kambing Anglo-Nubia (atau kambing Nubia), kambing Jamnapari juga merupakan nenek moyang kambing Etawa atau Peranakan Etawa (PE) di Indonesia. Kambing Jamnapari mulai masuk Indonesia pada tahun 1925 ketika pemerintah kolonial Belanda mulai melakukan importasi kambing unggul ini untuk meningkatkan kinerja kambing lokal melalui perkawinan silang dengan kambing Kacang.

Kambing Jamnapari dikenal sebagai kambing perah terbaik di India. Kambing Jamnapari juga merupakan galur kambing berbadan paling tinggi dan biasanya dikenal sebagai kambing Pari di daerah asalnya karena penampilannya yang gagah. Daerah asal kambing ini dan habitat alaminya adalah daerah Chakarnagar di distrik Etawah di negara bagian Uttar Pradesh, di sepanjang delta sungai Jamuna dan Chambal, dan distrik Bhind di negara bagian Madhya Pradesh di sepanjang sungai Kwari, di sebelah timur New Dehli dan tidak jauh dari Taj Mahal yang terkenal di Agra. Kambing Jamnapari beradaptasi dengan baik dengan jurang-jurang khas di daerah ini dan tumbuhan semak dan belukarnya yang lebat. Kambing Jamnapari nampaknya telah berevolusi khusus di lingkungan ini, karena secara alami galur kambing ini tidak terdapat di daerah-daerah sekitarnya di luar daerah asalnya.

Habitat
Daerah asal kambing Jamnapari terletak di antara 26,8 derajat lintang utara dan 79,3 derajat bujur timur. Daerah Chakarnagar terletak 24 mil di sebelah tenggara kota Etawah di sepanjang sungai Jamuna di daerah seluas 34 hektar. Karena keadaan tanahnya mengalami erosi parah, permukaan tanah di daerah ini bergelombang tidak merata, membentuk ngarai-ngarai dan jurang-jurang dengan kedalaman 3 hingga 46 meter. Pada musim panas cuacanya kering dan panas dengan temperatur mencapai 66? C. Pada musim dingin, temperaturnya turun hingga 14 sampai 16? C.

Curah hujan per tahun sekitar 456 cm3, yang tersebar selama musim hujan. Ngarai dan jurang tertutup semak lebat dan tumbuhan pohon tahan kering, terutama mesquite (Prosopis juliflora), plum (Ziziphus jujuba), babul (Acacia nilotica), conkra (Prosopis spicigera), dan hingota (Balanites aegyptica). Tanaman pepadian utama adalah arhar yang eksotis (Cassia cacjam), gram (Cassia erientinum) dan bajara (Pennisetum aegypticum), dan tergantung pada hujan karena tidak ada sarana irigasi di daerah ini.

Anatomi
Kambing Jamnapari berbulu putih dan pendek kecuali di bagian paha dan kaki belakangnya yang berbulu panjang. Ciri utama galur kambing Jamnapari adalah hidungnya yang sangat cembung dan telinganya yang panjang menggantung. Lehernya panjang, berotot dan tegak. Pinggangnya kuat tapi biasanya melengkung; ekornya pendek dan biasanya melengkung ke atas.

Panjang telinga sekitar 20 cm pada anak kambing Jamnapari berumur tiga sampai enam bulan, yang tumbuh hingga 31 cm pada kambing Jamnapari dewasa. Tanduk mengarah ke belakang dan panjangnya sekitar 23 cm pada kambing Jamnapari dewasa. Ambingnya cukup besar dibandingkan dengan kambing ?perah? Asia lainnya, tapi menggantung. Putingnya mudah diperah dengan tangan dan panjangnya 15 cm.

Meskipun panjang telinga kambing Jamnapari dewasa sekitar 31 cm, wajah dan mulutnya lebih pendek sekitar 5 hingga 8 cm daripada telinganya, sehingga menyebabkan perbandingan kritis dan merugikan 1:4 antara panjang telinga dengan panjang wajah. Hal ini menyebabkan telinga kambing Jamnapari menyentuh tanah atau menghambat mulutnya saat berusaha merumput atau makan. Selain itu, matanya juga bisa tertutup oleh telinganya yang panjang. Karena itu, kambing Jamnapari berevolusi sehingga lebih suka mencari makan dengan meramban semak-semak, dedaunan pohon dan pucuk rerumputan daripada merumput di tanah, yang membuat galur kambing ini rentan terhadap perubahan lingkungan.

Kebiasaan Makan
Pada musim dingin, kambing Jamnapari menggunakan sekitar 94% waktunya untuk meramban dengan lahap, tapi hanya memanfaatkan 55% waktunya untuk meramban pada musim panas dan kemudian meramban perlahan. Kalau tidak ada tumbuhan atas, yang menjadi pilihan utama kambing ini, kambing Jamnapari mencari tumbuhan tengah yang lebih disukai daripada tumbuhan bawah.

Hidungnya yang sangat cembung membuat rahang dan bibir atas kebanyakan kambing Jamnapari lebih pendek daripada rahang bawah, keadaan yang dinamakan ?rahang atas pendek? atau brakignatia, yang merupakan ciri gen resesif. Ini nampaknya merupakan faktor penyebab kebiasaan kambing Jamnapari yang lebih suka meramban daripada merumput dibandingkan dengan hewan ruminansia lain karena bibir dan rahang bawah kambing Jamnapari lebih dulu menyentuh tanah tanpa bibir dan rahang atas yang membuat kambing Jamnapari kesulitan untuk menggigit dan merenggut rumput. Akibat terjadinya penggundulan hutan dan reklamasi tanah, daerah asal mula kambing Jamnapari dengan tumbuhan semaknya yang lebat ini sekarang sudah jauh berubah sehingga kambing Jamnapari kesulitan meramban, dan dengan demikian mengancam keberadaan galur kambing Jamnapari.

Manajemen Perkandangan
Kambing Jamnapari biasanya dipelihara dengan sistem manajamen ekstensif, yaitu kambing mencari pakan hijauan selama tujuh hingga dua belas jam di kawasan jeram Chakarnagar pada musim yang berbeda. Para peternak kambing Jamnapari lebih suka memelihara kambing dalam jumlah kecil karena keterbatasan lahan peternakan mereka. Jumlah populasi kambing Jamnapari maksimal 16 ekor kambing Jamnapari dewasa dengan jumlah anak yang bervariasi. Sebagian kambing Jamnapari dewasa dijual sewaktu-waktu. Umumnya, peternak membuat kandang untuk kambing Jamnapari berupa kandang kecil sederhana berukuran sekitar 4 x 2,5 meter persegi dengan struktur tiang kayu, atap daun lalang, dan dinding kayu semak berduri.

Kadang-kadang struktur kandang ini berupa tanah liat atau bata tergantung status ekonomi peternaknya, dan struktur kandang ini diubah setiap musim agar sesuai dengan cuaca saat itu. Kandang kambing Jamnapari ini dinamakan ?bangla?, yang dikelilingi pagar berupa tonggak dan batang kayu serta kayu semak berduri. Kalau sedang tidak mencari pakan hijauan, kambing Jamnapari ditempatkan di kandang terbuka tanpa dipaut atau dipaut pada musim panas, dan peternak mengawasi kambing mereka agar tidak diserang binatang liar.

Pada musim hujan, kambing Jamnapari dipaut di dalam kandang tertutup. Pada musim dingin, kandang kambing Jamnapari ditutup rapat dengan kayu-kayu semak berduri dan lembaran-lembaran rumput untuk melindungi kambing Jamnapari dari udara yang sangat dingin. Peternak juga menghidupkan api agar kandang tetap hangat dan untuk mengusir binatang liar. Anak-anak kambing Jamnapari dikandangkan terpisah dari kambing Jamnapari dewasa. Kambing Jamnapari pejantan ditempatkan di kandang bata dengan pemeliharaan khusus dan biasanya dipaut.

Manajemen Pakan
Kambing Jamnapari mencari pakan hijauan di kawasan jeram Chakarnagar pada siang hari selama 7-12 jam, tergantung musim. Campuran konsentrat dan biji-bijian diberikan di pagi hari sebelum kambing Jamnapari dikeluarkan untuk meramban. Kambing Jamnapari betina yang sedang bunting dan kambing Jamnapari yang dipelihara untuk tujuan kontes diberi pakan khusus yang terdiri dari bajra (Pennisetum americanum), barley, jowar (Sorghum bicolor) dan gandum utuh atau gandum giling. Anak kambing Jamnapari dibiarkan menyusu pada induknya sampai umum tiga bulan. Sebelum menyusui atau diperah, kambing Jamnapari betina diberi bajra rebus atau roti masak. Selain campuran konsentrat, kulit bajra basah atau kering, rajma (sejenis leguminosa) mentah, kairy (Prosopis cinerarea) dan dedaunan pohon juga diberikan kepada kambing Jamnapari.

Pertumbuhan Badan
Kambing Jamnapari betina berbobot sekitar 3 kg saat lahir, 14 kg saat berusia enam bulan, dan 30 kg saat berusia 12 bulan. Anak kambing Jamnapari jantan bobotnya jauh lebih berat. Tingkat pertumbuhannya rata-rata sekitar 1 kg per minggu sampai usia tiga bulan, dan sekitar 1 kg per 10 hari setelah itu. Kambing Jamnapari jantan dapat mencapai bobot sekitar 36 kg pada usia 12 bulan dengan sistem pemberian pakan yang baik.

Produksi Susu
Catatan produksi susu selama 30, 60, 90, dan 120 hari laktasi dilaporkan rata-rata 32, 68, 91, dan 123 kg susu. Kambing Jamnapari dapat menghasilkan 3,6 kg susu per hari dan produksi susu rata-rata per hari 1 kg per hari. Produksi susu terus meningkat sampai akhir jangka waktu laktasi dua bulan dan kemudian mulai menurun selama jangka waktu laktasi rata-rata 260 hari.

Kambing Jamnapari betina beranak kembar biasanya menghasilkan lebih banyak susu daripada kambing Jamnapari betina beranak tunggal. Penelitian komposisi susu menyimpulkan kandungan protein total rata-rata 2,9% (dengan kisaran 2,4 ? 3,2) pada awal masa laktasi, 3,2% (dengan kisaran 2,3 ? 3,9) pada pertengahan masa laktasi dan 3,8% (dengan kisaran 3,1 ? 4,3) pada akhir masa laktasi (Singh dan Singh, 1980a), dengan persentase kasein rata-rata 82% pada awal masa laktasi, 79% pada pertengahan masa laktasi, dan 77% pada akhir masa laktasi. Kasein susu ini mengandung rata-rata 26% alfa-kasein, 61% beta-kasein dan 13% gama-kasein (Singh dan Singh 1980b).

Reproduksi
Tingkat kebuntingan kambing Jamnapari relatif tinggi, yaitu 88%, jumlah rata-rata anak sekelahiran 1,6 ekor, kemungkinan kelahiran kembar 52%, dan kelahiran kembar tiga dan kembar empat sering terjadi. Usia kebuntingan pertama kambing Jamnapari sekitar 18 bulan, melahirkan pertama pada usia 23 bulan, dan jarak waktu antar-kelahiran sekitar 11 bulan.

Kriteria Seleksi Pejantan
Pemilihan kambing Jamnapari jantan untuk tujuan pembiakan oleh peternak didasarkan pada kriteria tertentu yang sangat ketat dan menggunakan pengetahuan dan pengalaman mereka secara cermat. Silsilah kambing Jamnapari jantan merupakan faktor pertimbangan penting sebelum pembelian dilakukan. Warna badan kambing Jamnapari jantan harus putih sempurna dan tidak boleh ada toleransi dalam hal ini. Kambing Jamnapari jantan harus keturunan dari kambing Jamnapari betina dengan produksi susu tinggi dan sudah tua. Kambing Jamnapari jantan keturunan kambing Jamnapari betina yang baru sekali atau dua kali melahirkan tidak akan dipertimbangkan untuk dijadikan pejantan.

Tanduk kambing Jamnapari jantan tidak boleh lurus tapi melengkung ke atas; kambing Jamnapari jantan yang tanduknya melengkung ke bawah tidak akan dijadikan pejantan. Testes kambing Jamnapari jantan harus bulat dan kecil. Bulu badan kambing Jamnapari jantan harus pendek dan mengkilap, tapi bulu pada bagiah paha dan kaki belakang harus panjang. Tidak boleh ada warna hitam pada hidung atau kepala. Wajah kambing Jamnapari jantan harus jelas cembung dan berhidung Romawi (mancung). Kambing Jamnapari jantan harus berjanggut.

Permasalahan
Para peternak menghadapi banyak masalah dalam memelihara kambing Jamnapari. Pertumbuhan tumbuhan semak bilati babool (Prosopis juliflora) yang tidak seimbang sebagai sumber pakan rambanan mungkin berperan menyebabkan penurunan produksi kambing Jamnapari hingga 50%. Masalah lainnya adalah kurangnya bantuan petugas peternakan, jarangnya pembelian kambing baru, gangguan oleh polisi dan departemen kehutanan, kurangnya pekerja, serangan binatang liar, dan kurangnya pakan hijauan pada musim tertentu.

Rujukan:
Dairy Goat Journal (Jurnal Kambing Perah)
http://www.dairygoatjournal.com/issues/82/82-3/PK_Rout.html

Wageningen Universiteit, The Netherland (Universitas Wageningen, Belanda)
http://library.wur.nl/wda/dissertations/dis3931.pdf

FERMENTASI Solusi Mudah Pakan Ternak

Ternak lokal atau asli Indonesia merupakan salah satu kekayaan nasional yang tidak kecil artinya, baik dilihat dari segi sumber pendapatan, sumber protein hewani yang murah dan mudah, maupun sebagai sumber tenaga kerja. Banyak diantara ternak lokal atau asli Indonesia yang perkembangannya tidak terlalu menggembirakan, bahkan bila tidak segera ditangani dikhawatirkan mengalami kepunahan. Upaya untuk mempertahankan kelestarian dan kemurnian ternak asli perlu ditangani, karena dalam jenis ternak asli mungkin terkandung gen-gen yang belum tentu dimiliki oleh jenis-jenis ternak impor.

Salah satu di antara plasma nutfah hewani yang perlu dipertahankan eksistensinya adalah ternak domba. Disamping sebagai penghasil daging, kulit, susu, wol, dapat juga dipakai sebagai bahan penelitian atau sebagai bahan rakitan untuk menciptakan kultivar-kultivar (bangsa-bangsa) unggul baru.
Pada awal sebelum terjadinya proses domestikasi, domba masih hidup liar di pegunungan. Perburuan hanya dilakukan untuk mendapatkan daging guna pemenuhan hidup sesaat. Pemeliharaan ternak dimulai ketika manusia merasa perlu mempunyai cadangan daging setiap saat diperlukan, sehingga dimulailah pemeliharaan ternak domba yang merupakan awal dari proses domestikasi. Bangsa domba yang dipelihara sekarang ini adalah domba tipe perah, pedaging, dan penghasil wol.

Tidak diketahui secara pasti, kapan domba mulai dipelihara di Indonesia, akan tetapi dengan adanya relief domba di Candi Borobudur (circa 800 SM), menandakan bahwa domba sudah dikenal masyarakat sekitarnya pada saat itu (Ryder, 1983). Domba yang sekarang menyebar di seluruh dunia ini sesungguhnya berasal dari daerah pegunungan Asia Tengah, dimana sebagian menyebar ke arah Barat dan Selatan sehingga dikenal sebagai kelompok urial dan yang lainnya menyebar ke Timur dan Utara yang dikenal sebagai kelompok argali. Terdapat tiga macam domba berdasarkan asalnya (bagian Barat dan Selatan Asia), yaitu Ovis musimon, Ovis ammon, dan Ovis orientalis. Sebelum terjadinya pemisahan daratan antara kepulauan Indonesia dan jazirah Melayu, maka domba yang ada di kawasan tersebut boleh jadi menyebar dari kawasan Asia Tengah (sekarang daerah Tibet, Mongolia), kemudian ke daerah Kamboja, Thailand, Malaysia dan kawasan Barat Indonesia seperti Sumatera yang pada saat itu masih bersatu dengan Malaysia. Hal tersebut terbukti dari jenis domba yang dijumpai di kawasan tersebut adalah dari jenis ekor tipis dengan penutup tubuh berupa rambut.

Pada masa kolonial Belanda, berbagai importasi ternak dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda, diantaranya adalah kambing dan domba, terutama ke pulau Jawa sebagai pusat pemerintahan pada saat itu dan Sumatera Barat dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas domba lokal yang ada (Merkens dan Soemirat, 1926). Selain itu, kedatangan pedagang Arab ke Wilayah Nusantara memberikan kontribusi pada keragaman jenis ternak domba yang ada, yaitu dengan membawa domba ekor gemuk ke propinsi Sulawesi Selatan dan Pulau Madura. Demikian pula setelah masa kemerdekaan, dapat dilihat dari banyaknya importasi jenis domba pada masa Orde Baru dengan tujuan utama meningkatkan produktivitas ternak domba lokal. Bisa disebut antara lain domba yang berasal dari daerah bermusim empat seperti Merino, Suffolk, Dorset, Texel (Natasasmita dkk., 1979), maupun domba dari daerah tropis dengan penutup tubuh berupa rambut, seperti domba St. Croix dan Barbados Blackbelly (Subandryo dkk., 1998).
Dengan perkembangan Iptek pada masa sekarang ini perkembangan serta peningkatan kualitas hewan ternak sudah sering dilakukan di berbagai daerah di Indonesia.

Penggemukan dan Pembibitan Domba di Desa Purwodadi

Beternak Domba, merupakan salah satu usaha yang cukup menjanjikan. Pertama, karena beternak Domba tidak memerlukan lahan yang luas. Kedua, Domba memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan sehingga mudah dipelihara dan dikembangkan. Ketiga, untuk berkembang biak kambing tidak memerlukan waktu yang lama. Keempat, bahan pangan kambing tidak mahal harganya karena dapat memanfaatkan limbah pertanian. Dapat dicatat bahwa kambing merupakan sumber protein yang bernilai gizi tinggi.

Beternak Domba, merupakan salah satu usaha yang cukup menjanjikan. Pertama, karena beternak Domba tidak memerlukan lahan yang luas. Kedua, kambing memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan sehingga mudah dipelihara dan dikembangkan. Ketiga, untuk berkembang biak kambing tidak memerlukan waktu yang lama. Keempat, bahan pangan Domba tidak mahal harganya karena dapat memanfaatkan limbah pertanian. Dapat dicatat bahwa kambing merupakan sumber protein yang bernilai gizi tinggi.

Pangsa pasar Domba tergolong baik, karena kambing disamping sangat dibutuhkan masyarakat sebagai sumber pangan dan gizi juga peluang ekspornya masih terbuka. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, Indonesia mempunyai peluang untuk mengekspor Domba 3 juta ekor setiap tahunnya ke Malaysia dan Timur Tengah. Peluang pasar untuk ternak kambing yang begitu besar telah mendorong masyarakat di desa Purwodadi Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung Jawa Tengah untuk beternak kambing. Melalui usaha ini diharapkan dapat ditingkatkan pendapatan masyarakat dan perbaikan ekonomi masyarakat.

Sabtu, 23 April 2011

Kegiatan IB








Kamis, 14 April 2011

Investor Pembiakan Kambing Kacang

Berikut ini para investor yang telah berpartisipasi dalam kerja sama usaha bagi hasil peternakan kambing Kacang yang saya kelola:

Tri Satyatama
Mas Tri Satyatama tinggal di Semarang, Jawa Tengah, dan menanamkan modal Rp1,5 juta dalam usaha bagi hasil pembiakan kambing Kacang betina.

Ahnan Alex
Mas Ahnan Alex tinggal di Pasuruan, Jawa Timur, dan ikut berinvestasi senilai Rp1,5 juta dalam pengembang-biakan dua ekor kambing Kacang betina.

Meutia Miranti
Mbak Meutia Miranti tinggal di Jakarta dan menyertakan modal Rp1,5 juta untuk peternakan kambing Kacang ini.

Suherman
Mas Suherman tinggal di Bandung, Jawa Barat, dan menyerahkan modal investasi sebesar Rp1,5 juta untuk pembiakan dua ekor kambing Kacang betina.

Justinus Bong Kim Joeng
Mas Justinus Bong tinggal di Jakarta dan menanamkan modal Rp1,5 juta dalam pembiakan kambing Kacang ini.

Aloisius Dedy Cahyanto
Mas Aloisius Dedy Cahyanto berasal dari Kebumen, Yogyakarta, dan ikut berinvestasi Rp1,5 juta dalam usaha bagi hasil peternakan kambing Kacang ini.

Danang Fatkhuroji
Mas Danang Fatkhuroji tinggal di Surabaya, Jawa Timur, dan berinvestasi senilai Rp1,5 juta dalam usaha bagi hasil ini.

Suparman
Mas Suparman tinggal di Bone, Sulawesi Selatan, dan menginvestasikan dana Rp1,5 juta dalam kerja sama ini.

Hendra Yulianto
Mas Hendra Yulianto tinggal di Serang, Banten, dan berpartisipasi dalam kerja sama usaha bagi hasil peternakan kambing Kacang dengan menyetorkan modal Rp1,5 juta.

Kartono
Mas Kartono tinggal di Jakarta dan ikut menginvestasikan dana Rp3 juta untuk pengadaan empat ekor kambing Kacang betina.

Nugroho Sujatmiko
Mas Nugroho tinggal di Jakarta dan ikut serta dalam usaha bagi hasil pembiakan dua ekor kambing Kacang betina dengan penyertaan modal Rp1,5 juta.

Eni Rusmini
Mbak Eni tinggal di Yogyakarta dan menyerahkan dana investasi Rp1,5 juta untuk pembiakan dua ekor kambing Kacang betina.

D. Sumantry
Mas Sumantry tinggal di Tangerang dan menyertakan dana Rp1,5 juta dalam usaha bagi hasil peternakan kambing ini.

Minggu, 03 April 2011

Usaha Bagi Hasil Peternakan Kambing

Saat ini dibuka pendaftaran untuk kerja sama usaha bagi hasil peternakan kambing Kacang. Sekarang dibuka peluang kepada para investor untuk target pengadaan 40 ekor kambing Kacang betina. 40 ekor kambing merupakan jumlah populasi minimal skala ekonomis dalam agrobisnis peternakan kambing.

Meskipun demikian, target pada tahap permulaan ini 20 ekor kambing Kacang betina atau setara dengan nilai investasi Rp15 juta (10 investor x Rp1,5 juta; Rp1,5 juta untuk 2 ekor kambing Kacang betina).

Sebagai langkah awal, usaha bagi hasil peternakan kambing ini difokuskan pada peternakan kambing Kacang atau kambing Kampung.

Meskipun badannya relatif kecil dibandingkan dengan kambing pedaging unggul seperti kambing Boer, kambing Boerka, atau kambing Boerawa, namun kambing Kampung sangat subur dan nafsu kawin pejantannya sangat luar biasa sehingga perkembang-biakannya sangat cepat.

Karena itu, berbeda dengan peternakan sapi dan kerbau, peternakan kambing memberikan hasil dalam waktu yang jauh lebih cepat.

Masa kebuntingan kambing Kacang hanya sekitar 5 bulan dan setelah sekitar 3 bulan menyusui anaknya, kambing Kacang sudah bisa kawin lagi.

Dengan demikian, dalam waktu sekitar 12 hingga 14 bulan, kambing Kacang mampu beranak dua kali.

Peluang pemasaran kambing Kacang di Bengkulu dan provinsi sekitarnya masih sangat besar.

Karena penggemar masakan daging kambing semakin banyak, rumah makan yang menyediakan berbagai menu masakan daging kambing semakin bertambah, dan permintaan daging kambing juga terus meningkat.

Kambing juga selalu dibutuhkan untuk aqiqah sebagai wujud syukur orang tua atas kelahiran anaknya dan untuk hewan qurban setiap tahun saat Lebaran Haji.

Tingkat kelahiran yang relatif tinggi juga membuat permintaan kambing untuk keperluan aqiqah tidak pernah berkurang.

Dengan sifatnya yang cepat berkembang biak, harga yang terjangkau (Rp750.000 di hari biasa dan Rp1 juta atau lebih saat Lebaran Haji dan untuk aqiqah), dan permintaan yang tinggi, bisnis peternakan kambing Kacang jelas sangat menguntungkan.

Selain itu, bisnis peternakan kambing Kacang yang sangat menguntungkan ini hanya memerlukan modal yang relatif kecil, hanya Rp1,5 juta untuk pengadaan dua ekor kambing Kacang betina.

Karena itu, Anda yang memiliki dana minimal Rp1,5 juta silakan mendaftar sebagai investor dalam usaha bagi hasil peternakan kambing Kacang yang saya kelola ini.

Kirim email ke hipyannopri[@]yahoo[.]com[.]au untuk mendaftar sebagai investor.

Nilai investasi minimal per investor Rp1,5 juta

Pola investasi: perorangan

Dengan pola investasi perorangan ini, satu orang investor menyediakan dana Rp1,5 juta untuk pembelian dua ekor kambing Kacang betina.

Jangka waktu investasi 5 tahun.

Dana investasi Rp1,5 juta sepenuhnya milik Investor dan akan dikembalikan utuh tanpa potongan apa pun kepada Investor setelah berakhirnya jangka waktu investasi (5 tahun) kalau Investor tidak ingin memperpanjang kerja sama investasinya.

Jatah bagi hasil: 50% untuk investor, 50% untuk peternak.

Jatah bagi hasil 50% untuk investor ini adalah 50% dari hasil penjualan anak-anak kambing yang dihasilkan nanti, bukan 50% dari keuntungan penjualan.

Ingat, 50% dari penjualan lebih besar daripada 50% dari keuntungan karena keuntungan = nilai penjualan dikurangi biaya produksi.

Pembagian hasil dilakukan setiap kali terjadi penjualan anak-anak kambing Kacang yang dihasilkan nanti.

Dana investasi para investor dijamin dan dilindungi dengan surat perjanjian tertulis rangkap dua yang ditanda tangani kedua pihak dan diberi meterai yang dipegang oleh Investor dan Peternak.

Dalam kerja sama usaha bagi hasil peternakan kambing Kacang ini seluruh biaya produksi sepenuhnya ditanggung peternak.

Peternakan direncanakan mulai berjalan bulan Juli 2011 yang akan datang dan berlokasi di lahan milik sendiri di desa Batu Ampar, kecamatan Kedurang, Bengkulu Selatan.

Info Lebih Lanjut:
Kalau masih ada yang kurang jelas dan ada yang ingin ditanyakan sehubungan dengan penawaran ini, jangan sungkan menghubungi hipyannopri[@]yahoo[.]com[.]au untuk info lebih lanjut.

Cara Pendaftaran:
Kirim email ke hipyannopri[@]yahoo[.]com[.]au dan sampaikan keinginan Anda untuk mendaftar sebagai investor dengan memberikan data diri (nama lengkap, alamat domisili lengkap, dan nomor KTP).

Setelah itu saya akan meminta transfer dana investasinya ke:
Hipyan Nopri
Bank Mandiri KCP Padang Sudirman
Nomor rekening: 111-00-0435-1629

atau

Hipyan Nopri
Bank BCA KCU Padang
Nomor Rekening: 0321-672-859

Setelah transfer diterima, dua eksemplar surat perjanjian yang keduanya telah saya beri meterai dan tanda tangani dikirim lewat pos ke alamat investor.

Selanjutnya, investor mengirim kembali satu eksemplar surat perjanjian tsb lewat pos ke alamat saya.

Dengan demikian, Peternak dan Investor sudah terikat perjanjian kerja sama usaha bagi hasil peternakan kambing Kacang, dan Peternak akan memberikan informasi berkala kepada Investor mengenai perkembangan ternaknya.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes