Jumat, 29 Mei 2009

Perbedaan Kambing dan Domba

Apa perbedaan kambing dan domba? Sebagai orang awam, kita biasanya dengan cepat mengemukakan dua perbedaan utama antara kambing dan domba. Perbedaan utama antara kambing dan domba adalah pada bulu dan tanduknya. Memang, dua perbedaan inilah yang paling mudah dikenali dengan pengamatan langsung. Bulu kambing lurus, sedangkan bulu domba keriting. Tanduk kambing lurus atau agak melengkung ke belakang, sementara tanduk domba melengkung ke belakang dan berpilin.

Namun demikian, dari kajian yang lebih bersifat ilmiah, kambing dan domba tidak hanya berbeda dalam dua aspek saja. Secara fisik, daging kambing dan domba sama saja. Karena itu, orang awam biasanya tidak tahu mana daging kambing dan mana daging domba. Sebenarnya, daging kambing berwarna lebih merah dan aromanya lebih tajam daripada daging domba. Daging kambing lebih enak dan gurih daripada daging domba berkat perbandingan antara protein dan lemak yang tinggi, yaitu 1 banding 8. Bandingkan dengan daging sapi yang hanya 1 banding 3. Lemak daging kambing juga lebih keras dan putih dibandingkan dengan lemak daging domba.

Domba juga lebih suka bergerombol dibandingkan dengan kambing. Domba biasanya merumput pada pagi dan sore hari. Sebaliknya, kambing merumput sepanjang hari. Selanjutnya, siklus birahi domba 16 sampai 17 hari, sedangkan kambing 19 sampai 21 hari. Lama birahi domba 30 jam, sementara kambing 24 sampai 36 jam. Birahi pertama domba terjadi pada umur 8 sampai 10 bulan, sedangkan kambing pada umur 10 sampai 12 bulan. Perkawinan pertama domba terjadi pada umur 18 bulan, sementara kambing pada umur 10 sampai 12 bulan. Kalau masa bunting domba berlangsung selama 141 sampai 159 hari, masa bunting kambing berlangsung selama 147 hari. Yang terakhir, kadar lemak jenuh atau lemak yang merusak kesehatan pada daging kambing lebih rendah daripada kadar lemak jenuh daging domba. Mungkin hal inilah yang membuat harga domba lebih murah daripada harga kambing.

Sistem Peternakan Kambing

Berdasarkan cara peternakannya, kambing dapat dipelihara dengan sistem ekstensif, semi-intensif, atau intensif. Pada dasarnya, ketiga cara ini boleh dilakukan oleh peternak. Namun demikian, kalau peternakan kambing tersebut dijadikan sebagai mata pencarian, sistem intensif lebih cocok diterapkan. Sebaliknya, apabila peternakan kambing tersebut hanya dijadikan sebagai usaha sambilan, sistem semi-intensif atau ekstensif sudah cukup memadai. Tentu saja, keberhasilan dari penerapan ketiga sistem peternakan tersebut tergantung pada kesungguhan dan perhatian peternak terhadap kambing peliharaannya. Kalau kambingnya dipelihara dengan sungguh-sungguh dan penuh perhatian, insyaallah peternakan kambing tersebut akan berhasil.

Dalam sistem peternakan ekstensif boleh dikatakan peternak tidak melakukan apa-apa terhadap kambing ternaknya. Kambing yang diternakkan dilepas bebas begitu saja dan dibiarkan mencari makan sendiri di padang rumput atau tempat-tempat lainnya yang banyak sumber pakannya. Peternak juga tidak membuat kandang sebagai tempat berlindung bagi ternaknya. Ketika menjelang malam, kambing-kambing pulang dan beristirahat di pekarangan rumah peternak atau tidur di emperan rumah kalau hari hujan. Perkawinan dan proses kelahiran kambing berlangsung secara alami tanpa campur tangan peternak.

Peternakan kambing dengan sistem semi-intensif adalah kegiatan pemeliharaan ternak kambing dengan penggembalaan yang dilakukan secara teratur. Selain itu, peternak juga membuat kandang sebagai tempat berlindung dan tempat tidur kambingnya pada malam hari. Dalam sistem ini peternak sudah mulai memperhatikan tanda-tanda birahi dan melahirkan kambing betinanya. Sekitar jam sembilan pagi sampai jam empat atau jam lima sore kambing dibawa ke padang rumput untuk digembalakan. Dengan demikian, masa penggembalaan berlangsung sekitar delapan jam setiap hari kalau cuaca cerah. Kambing dilepas dari kandang sekitar jam sembilan pada saat embun sudah mengering dari rerumputan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kembung akibat kambing memakan rerumputan yang masih basah. Selain rerumputan, kambing juga mulai diberi makanan tambahan sebagai penguat seperti dedak padi, ampas tahu, ubi jalar, ubi kayu serta daun-daunan seperti daun lamtoro atau petai cina, daun nangka, atau daun mangga. Garam mineral dan gula merah juga diberikan sebagai campuran pada air minum kambing atau bisa juga dicampur dengan rumput atau pakan penguat.

Penerapan sistem intensif dalam peternakan kambing menuntut perhatian penuh peternak karena kambing sepenuhnya terkurung di dalam kadang. Di dalam kandang kambing dipisahkan menurut jenis kelaminnya. Dengan kata lain, kambing jantan dan kambing betina dipisahkan. Kambing yang masih kecil dan kambing dewasa juga dipisahkan. Dalam hal ini peternak harus melakukan kegiatan rutin dan kegiatan insidental. Kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari meliputi: 1) pembersihan kandang, 2) pengumpulan tahi dan kencing kambing, dan 3) penyediaan pakan hijauan, pakan tambahan, dan air minum. Kegiatan insidental meliputi: 1) pemotongan kuku kambing, 2) kastrasi atau pengebirian, 3) pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat, 4) pemberian tanda pengenal, 5) pemotongan tanduk, dan 6) vaksinasi.

Meskipun demikian, peternak dapat melakukan improvisasi dalam penerapan sistem peternakan kambingnya. Misalnya, beberapa kegiatan yang biasa dilakukan dalam sistem peternakan intensif seperti pemeriksaan kesehatan, pemberian obat, dan vaksinasi bisa saja dilakukan dalam peternakan yang menerapkan sistem semi-intensif. Saya sendiri menerapkan sistem semi-intensif namun juga melaksanakan beberapa kegiatan yang biasanya dilakukan dalam sistem peternakan intensif seperti pemeriksaan kesehatan, pemberian obat, vaksinasi, dan pemberian pakan tambahan serta daun-daunan. Banyak peternak berkesimpulan bahwa kambing yang digembalakan akan cenderung lebih gemuk dan sehat. Mungkin mirip juga dengan manusia - kalau jarang bergerak dan berolah raga badan jadi kurang sehat dan bugar.:)

Rujukan:
Mulyono, Subangkit & B. Sarwono. 2008. Penggemukan Kambing Potong. Depok: Penebar Swadaya.

Rabu, 20 Mei 2009

Kambing Boerawa dan Kambing Boerka: Alternatif Kambing Boer yang Masih Sangat Mahal

Para peternak dan pakar peternakan sepakat menyimpulkan bahwa kambing tipe pedaging sejati adalah kambing Boer. Kambing Boer memiliki badan yang bulat montok, panjang, dalam, dan lebar. Selain itu, kadar lemak jahat atau lemak jenuh daging kambing Boer juga paling rendah dibandingkan dengan daging hewan ternak lainnya. Menurut data Asosiasi Kambing Boer Amerika (http://www.abga.org/nutritional.php), kadar lemak jenuh daging kambing Boer hanya 0,79 gr, daging ayam 1,1 gr, daging sapi 6,8 gr, daging domba 7,3 gr, dan daging babi 8,3 gr. Singkatnya, daging kambing Boer sangat empuk, enak, dan sehat.

Sayangnya, harga kambing Boer di Indonesia saat ini masih sangat jauh di atas daya beli peternak Indonesia. Menurut informasi dari salah satu perusahaan peternakan di Lampung, harga kambing Boer jantan dengan tinggi 55 cm dan berat 50 kg adalah Rp8 - Rp20 juta per ekor; kambing Boer betina dengan tinggi 55 cm dan berat 35 kg Rp6 - Rp15 juta per ekor. Harga yang luar biasa mahal. Dengan uang enam jutaan rupiah, seorang peternak di Padang sudah bisa membeli seekor bakalan sapi Simental umur enam bulan yang diantar langsung ke lokasi.

Walaupun begitu, jangan bersedih dulu para peternak maupun calon peternak Indonesia. Sebagai pereda rasa kecewa terhadap harga kambing Boer yang overdosis tsb, kita dapat memelihara kambing Boerawa dan/atau kambing Boerka. Kambing Boerawa adalah kambing hasil persilangan antara kambing Boer jantan dan kambing Etawa atau Peranakan Etawa betina. Kambing Boerka adalah kambing hasil perkawinan silang kambing Boer jantan dan kambing Kacang betina.

Menurut para pakar peternakan, kambing Boerawa dan kambing Boerka mewarisi semua karakteristik unggul kambing Boer. Tentu saja, persentase keunggulan karakteristik tersebut tidak sama dengan kambing kambing Boer murni. Namun demikian, karakteristik kedua kambing hasil persilangan ini jauh lebih unggul dibandingkan dengan karakteristik kambing induknya.

Saya sendiri belum pernah melihat langsung kambing Boerawa. Walaupun begitu, saya pernah melihat langsung kambing Boerka jantan di peternakan tempat saya membeli bibit kambing tempo hari. Saya dan teman saya terkagum-kagum melihatnya. Kambing Boerka jantan yang kami lihat bertanduk terentang panjang dan badan yang tinggi, besar, dan panjang.

Sayang, harganya Rp13 juta seekor. Harga yang terlalu mahal bila dibandingkan dengan informasi yang saya dapat dari sebuah perusahaan peternakan di Lampung. Menurut manajer perusahaan tersebut, kambing Boerka jantan yang mereka jual berharga Rp2,5 sampai Rp6 juta per ekor dengan tinggi badan minimal 55 cm dan berat badan minimal 30 kg; kambing Boerka betina Rp1,5 sampai Rp3 juta seekor dengan tinggi badan minimal 55 cm dan berat badan 25 kg. Harga kambing Boerawa sama dengan harga kambing Boerka. Memang, petugas di peternakan tersebut mengatakan kambing yang kami lihat itu kambing Boer, padahal saya sudah tahu karakteristik kambing Boer dari Internet.

Sehubungan dengan pengalaman saya di atas, saya menyarankan agar Anda yang baru mau membuka usaha peternakan berusaha mendapatkan dulu informasi selengkap-lengkapnya mengenai harga maupun karakteristik kambing yang akan diternakkan supaya tidak tertipu oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Karena modal sangat terbatas, akhirnya saya mulai usaha peternakan skala rumah tangga saya dengan membeli seekor kambing jantan dan empat ekor kambing betina Peranakan Etawa. Kalau sudah dapat modal yang cukup memadai, saya akan membeli paling tidak sepasang kambing Boerawa dan/atau kambing Boerka. Kalau modal sudah bertambah lagi, baru beli kambing Boer murni.

Meskipun demikian, saya juga berencana menambah koleksi usaha peternakan saya dengan kambing Kacang supaya tersedia pilihan yang cukup lengkap bagi calon pembeli nanti. Kalau semua keinginan ini terwujud, di peternakan saya nanti akan tersedia enam jenis kambing - Kacang, Peranakan Etawa, Etawa, Boerawa, Boerka, dan Boer.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes